Google News

Sejarah Asal Mula Reog Ponorogo

Written By Unknown on Rabu, 25 September 2013 | 07.10

Reog Ponorogo, salah satu kesenian asli Indonesia yang dulu sempat diklaim sebagai salah satu kesenian negara lain adalah salah satu kebudayaan yang cukup menarik untuk dipelajari dan diketahui asal muasalnya.
Konon kabarnya ada sebuah kisah para raja yang menjadikan dasar munculnya kesenian Reog atau dikenal dengan seni Reog Ponorogo. Berikut ini sedikit kisah legenda yang penajawara dapatkan.
Dahulu kala ada seorang putri yang cantik jelita. Dia bernama Dewi  Sanggalangit, ia seorang putri yang terkenal dikediri. Karena wajahnya yang cantik jelita dan sikapnya yang lemah lembut, banyak para pangeran dan raja – raja yang ingin meminangnya untuk dijadikan sebagai istri. Namun sayang Dewi Sanggalangit nampaknya belum berhasrat untuk berumah tangga, sehingga membuat pusing kedua orang tuanya. Padahal kedua orang tuanya sudah sangat mendambakan hadirnya seorang cucu. “Anakku, sampai kapan kau akan menolak setiap pangeran yang datang melamarmu?” Tanya raja pada suatu hari. “Ayahanda……sebenarnya hamba belum berhasrat untuk bersuami, namun jika ayahanda sangat mengharapkan, baiklah namun hamba minta syarat calon suami hamba harus bisa memenuhi keinginan hamba.”
“Lalu apa keinginanmu itu?”
“Hamba belum tahu “
“Lho? kok aneh….?
Sahut baginda
“Hamba akan bersemedi minta petunjuk dewa. setelah itu hamba akan menghadap ayahanda menyampaikan keinginan hamba.”
Demikianlah, tiga hari tiga malam Dewi Sanggalangit bersemedi. Pada hari keempat ia menghadap ayahanda. ”Ayahanda, calon suami hamba harus mampu menghadirkan suatu tontonan atau keramaian yang belum ada sebelumnya, semacam tarian yang diiringi tabuhan atau gamelan dilengkapi dengan barisan kuda kembar sebanyak 100 ekor, nantinya akan dijadikan iringan pengantin, terakhir harus dapat menghadirkan binatang berkepala dua”. “Wah berat sekali syaratmu itu?” Sahut baginda.
Meski berat syaratnya itu tetap diumumkan  kepada segenap khalayak ramai. siapa saja boleh mengikuti sayembara itu tidak peduli para pangeran putra bangsawan atau rakyat jelita.
Para pelamar yang tadinya menggebu –gebu untuk memperistri Dewi Sanggalangit jadi ciut nyalinya, banyak dari mereka yang mengundurkan diri karena merasa tak sanggup memenuhi permintaan sang dewi.
Akhirnya tinggal dua orang yang menyatakan sanggup memenuhi permintaan Dewi Sanggalangit. Mereka adalah Raja Singabarong dari kerajaan lodaya dan Raja Kelanaswandana  dari kerajaan Bandarangin.
Baginda raja sangat terkejut mendengar kesanggupan kedua raja itu. Sebab Raja Singaborang adalah manusia yang aneh. ia seorang manusia yang berkepala harimau wataknya buas dan kejam. Sedang Kalanaswandana adalah seorang raja yang berwajah tampan dan gagah, namun punya kebiasaan aneh, suka pada anak laki – laki. Anak laki – laki itu dianggap sebagai gadis – gadis cantik.
Namun semua sudah terlanjur, Dewi Sanggalangit tidak bisa menggagalkan persyaratan yang telah diumumkan Raja Singaborang dari kerajaan lodaya memerintah dengan bengis dan kejam. Semua kehendak harus dituruti. siapa saja dari rakyatnya yang membangkang tentunya akan dibunuh. Raja Singaborang bertubuh tinggi besar, dari bagian leher keatas berwujud harimau yang mengerikan. berbulu lebat dan penuh dengan kutu – kutu itulah sebabnya ia memelihara seekor  merak yang rajin mematuki kutu – kutunya ia sudah mempunyai selir yang jumlahnya banyak sekali namun belum mempunyai permaisuri menurutnya sampai detik ini  belum ada wanita yang pantas menjadi permaisurinya kecuali Dewi Sanggalangit  dari Kediri  karena itu ia sangat berharap dapat memenuhi syarat yang diajukan oleh Dewi Sanggalangit.
Raja Singaborang telah memerintahkan kepada para abdinya untuk mencarikan kuda – kuda kembar, mengerahkan para seniman dan seniwatinya, menciptakan tontonan yang menarik dan mendapatkan seekor binatang berkepala dua. Namun pekerjaan itu ternyata tidak mudah. Kuda kembar sudah dapat dikumpulkan, namun tontonan dengan kreasi baru belum tercipta demikian pula binatang berkepala dua belum didapatkannya.
Maka pada suatu hari ia memanggil patihnya yang bernama Inderkala. “Hai patih, coba kamu selidiki sampai bagaimana si Kalanaswandana mempersiapkan permintaan Dewi Sanggalangit, kita jangan sampai kalah cepat oleh Kalanaswandana.” Patih Inderkala dengan beberapa prajurit pilihan segera berangkat menuju kerajaan bandarangin dengan menyamar sebagai seorang pedagang. Mereka menyelidiki berbagai upaya yang dilakukan oleh raja Kalanaswandana setelah melakukan penyelidikan dengan seksama selama 5 hari. Mereka kembali ke Lodaya.  “Ampun baginda kiranya si Kalanaswandana hampir berhasil mewujudkan permintaan Dewi Sanggalangit, hamba lihat lebih dari seratus ekor kuda kembar telah dikumpulkan, mereka juga telah menyampaikan tontonan yang menarik yang sangat menakjubkan,” Patih Inderkala melaporkan. “Wah celaka! kalau begitu sebentar lagi dia dapat merebut Dewi Sanggalangit sebagai istrinya,” Kata Raja Singabarong. ”Lalu bagaimana dengan binatang berkepala dua, apa juga sudah mereka siapkan?” “Hanya binatang itulah yang belum mereka siapkan, tapi nampaknya sebentar lagi mereka dapat menemukannya,” Sambung patih Inderkala. Raja Singabarong menjadi gusar sekali, ia bangkit berdiri sendiri dari kursinya dan berkata keras. “Patih Inderkala! Mulai hari ini siapkan prajurit pilihan dengan senjata yang lengkap. Setiap saat mereka harus siap diperintah menyerbu ke Bandarangin.”
Demikianlah, raja Singabarong bermaksud merebut hasil usaha keras Raja Kelanaswandana. Setelah mengadakan persiapan yang matang, Raja Singabarong memerintahkan prajurit mata-mata untuk menyelidiki perjalanan yang akan ditempuh raja Kelanaswandana dari Wengker menuju Kediri. Rencananya Raja Singabarong akan menyerbu mereka di perjalanan dan merampas hasil usaha Raja Kertanaswandana untuk diserahkan sendiri kepada Dewi Sanggalangit. Raja Kelanaswandana yang memerintah Kerajaan Wengker berwajah tampan dan bertubuh gagah. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana, namun ada wataknya yang tidak baik, ia suka mencumbui anak laki-laki. Ia menganggap anak laki-laki yang berwajah tampan dan bertubuh molek itu seperti gadis-gadis remaja. Hal ini sangat mencemaskan pejabat kerajaan dan para pendeta, menimbulkan kesedihan bagi para rakyatnya yang harus kehilangan anak laki-lakinya sebagai pemuas nafsu raja.
Patih Pujangeleng dan pendeta istana telah berusaha menasehati raja agar meninggalkan kebiasaan buruknya itu, namun saran mereka tiada gunanya. Raja tetap saja mengumpulkan puluhan anak laki-laki yang berwajah tampan. Pada suatu hari raja Kalanaswandana memanggil semua pejabat kerajaan dan para pendeta. Ia berkata bahwa ia akan menghentikan kebiasaannya jika dapat memperistri Dewi Sanggalangit dari Kediri, sebab semalam ia mimpi bertemu dengan gadis cantik jelita itu dalam tidur. Menurut para dewa gadis itulah yang akan menghentikan kebiasaan buruknya mencumbui anak laki-laki.
Seluruh pejabat dan pendeta menyetujui kehendak raja yang ingin memperistri Dewi Sanggalangit maka ketika mereka mendengar persyaratan yang diajukan Dewi Sanggalangit, mereka tiada gentar, seluruh kawula kerajaan baik para pejabat, seniman, rakyat biasa rela bekerja keras guna memenuhi permintaan Dewi Sanggalangit. Karena mendapat dukungan seluruh rakyatnya maka dalam tempo yang tidak begitu lama Raja Kelanaswandana dapat menyiapkan permintaan Dewi Sanggalangit, hanya binatang berkepala dua yang belum didapatkannya. Patih  Pujangeleng yang bekerja mati-matian mencarikan binatang itu akhirnya angkat tangan, menyatakan ketidaksanggupannya kepada raja.
“Tidak mengapa!”
Kata Raja Kelanaswandana.
“Soal binatang berkepala dua itu aku sendiri yang akan mencarinya, sekarang tingkatkan kewaspadaan, aku mencium gelagat kurang baik dari kerajaan tetangga.”
“Maksud Baginda?”
Tanya Patih Pujangeneng penasaran.
“Coba kau menyamar jadi rakyat biasa, berbaurlah dengan penduduk di pasar dan keramaian lainnya.”
Perintah itu dijalankan, maka Patih Pujangeneng mengerti maksud raja, ternyata ada penyusup dari Kerajaan Lodaya. Mereka adalah para prajurit pilihan yang menyamar sebagai pedagang keliling. Patih Pujangeneng yang juga mengadakan penyamaran serupa akhirnya dapat mengorek keterangan secara halus apa maksud prajurit Lodaya itu datang ke Bandarangin.
Prajurit Lodaya merasa girang setelah mendapatkan keterangan yang diperlukan. Ia bermaksud kembali ke Lodaya, namun sebelum melewati perbatasan, anak buah Patih Pujangeneng sudah mengepungnya, karena prajurit itu melawan maka terpaksa para prajurit Bandarangin membunuhnya. Patih Pujangeneng menghadap Raja Kelanaswara.
“Apa yang kau dapatkan?”
Tanya Raja Kelanaswandana.
“Ada penyusup dari kerajaan Lodaya yang ingin mengorek keterangan tentang usaha baginda  memenuhi persyaratan Dewi Sanggalangit, Raja Singabarong hendak merampas usaha baginda dalam perjalanan menuju Kediri”
“Kurang ajar !”
Sahut Raja Kelanaswandana.
“Jadi Raja Singabarong akan menggunakan cara licik untuk memperoleh Dewi Sanggalangit. Kalau begitu kita hancurkan Kerajaan  Lodaya siapkan balatentara kita “
Sementara itu Raja Singabarong yang menunggu laporan dari prajurit mata – mata yang di kirim ke Bandarangin tampak gelisah. Ia segera memerintahkan Patih Iderkala menyusul ke perbatasan sementara dia sendiri  segera pergi ke tamansari untuk menemui si burung merak, karena pada saat itu kepalanya gatal sekali.
“Hai burung merak ! cepat patukilah kutu – kutu dikepalaku !”
Teriak Raja Singabarong dengan gemetaran menahan gatal. Burung merak yang biasa melakukan tugasnya segera hinggap dibahu Raja Singabarong lalu mematuki kutu – kutu di kepala Raja Singabarong. Patukan – patukan si burung merak terasa nikmat, asyik, bagaikan buaian sehingga raja singabarong terlena dan akhirnya tertidur ia sama sekali tidak mengetahui keadaan di luar istana, karena tak ada prajurit yang berani melapor kepadanya. Memang sudah diperintahkan kepada prajurit bahwa jika ia sedang di tamansari siapapun tidak boleh menemui dan menggangggunya, jika perintah itu dilanggar maka pelakunya akan dihukum mati.
Karena tertidur ia sama sekali tak mengetahui jika di luar istana pasukan Bandarangin sudah datang menyerbu dan  mengalahkan prajurit Lodaya. bahkan Patih Inderkala yang dikirim ke perbatasan telah binasa lebih dahulu karena berpapasan dengan pasukan Bandarangin. ketika peperangan itu sudah merebet ke dalam istana dekat tamansari barulah Raja Singabarong terbangun karena mendengar suara ribut – ribut. sementara si burung merak masih terus bertengger, mematuki kutu – kutu di kepalanya, jika dilihat dari depan  Raja Singabarong seperti binatang berkepala dua yaitu berkepala harimau dan burung merak.
“Hai mengapa kalian ribut – ribut?”
Teriak raja singabarong.
Tak ada jawaban.kecuali berkelebatnya bayangan seseorang yang tak lain adalah Raja Kelanaswandana Raja Bandarangin itu, tahu – tahu sudah berada di hadapan Raja Singabarong. Raja singabarong terkejut sekali.
“ Hai Raja Kelanaswandana mau apa kau datang kemari ?”
“Jangan pura – pura bodoh !”
Sahut Raja Kelanaswandana.
“Bukankah kau hendak merampas usahaku dalam memenuhi persyaratan Dewi Sanggalangit !”
“Hem jadi kau sudah tahu !”
Sahut Raja Singabarong dengan penuh rasa malu.
“Ya maka untuk itu aku menghukummu !”
Berkata demikian Raja Kelanaswandana mengeluarkan kesaktiannya diarah kebagian kepala Raja Singabarong seketika Kepala Singabarong berubah, burung merak yang bertengger dibahunya tiba – tiba melekat jadi satu dengan kepalanya sehingga raja singabarong berkepala dua.
Raja Singabarong marah bukan kepalang ia mencabut kerisnya dan meloncat menyerang Raja Kelanaswandana namun Raja Kelanaswandana segera mengayunkan cambuk saktinya bernama samandiman. Cambuk itu dapat mengeluarkan hawa panas dan suaranya seperti halilintar. “Jhedhaar….!”
Begitu terkena cambuk samandiman, tubuh raja singabarong terpental menggelepar – gelepar di atas tanah. seketika tubuhnya terasa lemah dan anehnya tiba – tiba tubuhnya berubah menjadi binatang aneh, berkepala dua yaitu harimau dan buruing merak. ia tidak dapat berbicara dan akalnya telah hilang. Raja Kelanaswandana segera memerintahkan prajurit Bandarangin untuk menangkap Singabarong dan membawanya ke negeri Bandarangin.
Beberapa hari kemudian Raja Kelanaswandana mengirim utusan yang memberitahukan raja Kediri bahwa ia segera datang membawa persyaratan Dewi Sanggalangit. Raja Kediri langsung memanggil Dewi Sanggalangit.
“Anakku apa kau benar – benar bersedia menjadi istrinya Raja Kelanaswandana ?”
“Ayahanda… apakah Raja Kelanswandana sanggup memenuhi persyaratan hamba?”
“Tentu saja dia akan datang dengan semua persyaratan yang kau ajukan, masalahnya sekarang tidakkah kau menyesal menjadi istri Raja Kelanaswandana?”
“Jika hal itu sudah jodoh hamba akan menerimanya siapa tahu kehadiran hamba disisinya akan merubah kebiasaan buruknya itu !”Tutur  Dewi Sanggalangit.
Demikianlah pada hari yang ditentukan datanglah rombongan Raja Kelanaswandana dengan kesenian reog sebagai pengiring. Raja Kelanaswandana datang dengan iringan seratus empat puluh empat ekor kuda kembar dengan suara gamelan, gendang dan terompet aneh yang menimbulkan perpaduan suara aneh, merdu mendayu – dayu. Ditambah lagi dengan hadirnya seekor binatang yang berkepala dua yang menari  nari liar namun indah dan menarik hati semua orang yang menonton bersorak kegirangan mengikuti suara musik.
Demikianlah pada akhirnya Dewi Sanggalangit menjadi permaisuri Raja Kelanaswandana dan diboyong ke Bandarangin di Wengker. Wengker adalah nama lain dari Ponorogo sehingga dikemudian hari kesenian reog itu disebut Reog Ponorogo.



MENABUNG DI BANK adalah MENITIPKAN ATAU MENYIMPAN UANG ANDA dengan BEBAN BIAYA.
BUKAN sebuah nilai INVESTASI
Ingin UANG berkembang 10 - 20% perhari?
Gabung aja di PELUANG BISNIS MANTAB KLIK DISINI



Ok Sobat Silahkan Lanjutkan membaca Silahkan Share agar memberi kemanfaatan bagi sobat yang lain


0 komentar:

Posting Komentar

Jika Tulisan Ini Bermanfaat Silahkan di Share & Tulis Komentarnya